Pabrik
Kina Bandung telah berdiri sejak tahun 1896. Pabrik ini merupakan tempat
produksi obat-obatan yang kini lebih dikenal dengan nama Kimia Farma. Pabrik Kina
terletak di Jl. Pajajaran No.42,
Pasir Kaliki, Cicendo, memiliki nilai sejarah yang sangat penting bagi penduduk
kota Bandung. Banyak cerita berkesan bagi masyarakat yang tinggal di daerah
sekitar pabrik tua ini. Salah satunya adalah peluit yang akan berbunyi sangat
nyaring pada saat tertentu.
Peluit ini berbunyi sebanyak 4 kali sebagai
tanda pada para karyawan ketika bekerja, yaitu waktu masuk, istirahat, masuk
setelah istirahat, dan pulang. Dulu, masyarakat sekitar juga menggunakan peluit
ini sebagai tanda untuk melakukan rutinitasnya. Begitu berkesan bunyi peluit
ini, hingga masyarakat pun banyak yang menamakannya “Si Heong”.
Si Heong, menara tinggi sabagai sumber suara nyaring tanda msuk para karyawan |
Kunjungan saya bersama komunitas Heritage
Lovers ini, bertujuan untuk mengetahui sejarah Pabrik Kina secara
langsung. Sambutan hangat dari para staf memberi kesempatan pada kami untuk
menggali informasi lebih banyak. Bukan hanya itu, kami pun diberi kesempatan
untuk melihat beberapa bagian pabrik.
Pabrik ini didirikan pada zaman Belanda sebagai
pusat pengolahan obat malaria yang diambil dari pohon kina. Wabah malaria yang
terjadi, menjadi awal berproduksinya pabrik ini dengan mengambil bahan baku
dari perkebunan kina di daerah Cianjur.
Sejak berdiri, Pabrik Kina alami beberapa kali
perubahan nama, yaitu:
·
1896 Bandoengsche Kinine Fabriek (Pemerintah Belanda)
·
1942 Rikugun Kinine Saisohjo (Pemerintah
Jepang)
·
1945 Bandoengsche Kinine Fabriek N.V (Pemerintah Belanda)
·
1958 PN
Farmasi dan Alat Kesehatan Bhinneka Kimia
·
1961
Bhinneka Kimia Farma
·
1971 PT
Kimia Farma berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 16 (persero)
·
2003
Divisi Produksi Bandung menjadi Unit Plant Bandung
Pabrik Kina ini, sejak dulu dikenal
sebagai pemasok terbesar serbuk kina di dunia. Sempat alami masa jayanya
sekitar tahun 1941, yaitu sewaktu Belanda masih ada di Indonesia. Namun sejak
kina banyak dibudidayakan di negara lain dan mulai ditemukannya bahan sintetis,
maka produksi obat kina di pabrik ini menurun.
Sayang sekali, pada saat itu kami tidak dapat
kunjungi bagian produksi. Padahal kami ingin sekali melihat mesin tua yang dulu
bekerja untuk memproduksi obat kina. Alasan keamanan disampaikan oleh Pak Kasdi
dari Teknik Pemeliharaan, selaku guide kami selama berkunjung disana. Beliau juga
mengajak kami memasuki terowongan yang berada tepat di bawah sepanjang jalan
Pajajaran. Terowongan yang lebarnya hanya untuk satu orang ini cukup lembab dan
diberi penerangan. Kami sempat kaget dengan suara dari pipa
yang menempel di dinding terowongan. Pak Kasdi menjelaskan, bahwa suara itu
berasal dari letupan uap mesin produksi.
Terowongan di bawah Jalan Pajajaran (sumber foto: Dewi D. Saraswati) |
Keluar dari terowongan, nampak sebuah aula tak
berdinding. Disana ada beberapa kolam kering yang besar, mesin tua yang sudah
tidak terpakai dan tanki air. Beberapa dinding ada yang roboh dan batu bata
berserakan. Nuansa gedung tua, lembab, dan sedikit mistis memang terasa.
Di
salah satu sisi pabrik terdapat ruang perpustakaan kecil yang berisi koleksi
buku. Beberapa kursi dan meja ada dalam ruangan yang dibatasi oleh dinding
tanaman merambat. Lalu kami dipersilakan untuk memasuki ruang meeting. Di ruangan ini, terdapat diorama
proses produksi obat kina. Mulai dari pengambilan kulit pohon kina, proses
pengolahan hingga hasil produksinya.
Diorama proses produksi Pabrik Kina zaman Belanda |
Keasyikan kami nikmati setiap sudut pabrik ini
harus dihentikan karena Si Heong telah berbunyi, tanda para karyawan pulang. Namun
masih banyak cerita yang keluar dari perbincangan kami. Diantaranya adalah
rencana Pabrik Kina yang akan pindah ke daerah Banjaran pada tahun 2020.
Pemerintah Kota Bandung pun berencana mengambil
alih pabrik ini dan menjadikannya sebagai destinasi wisata sejarah. Jika
rencana itu memang akan segera direalisasikan, semoga salah satu heritage yang
ada di Bandung ini dapat dilestarikan. Tanggung jawab untuk menjaga bukan hanya
tugas pemerintah saja, namun masyarakat pun harus tetap miliki andil besar.
Semoga Si Heong akan tetap bunyi dan menjadi
salah satu ikon dari Pabrik Kina yang sudah terkenal di masyarakat kota Bandung
khususnya.
#heritage
#heritagelovers
#citytour
Ternyata kimia farma itu udah lama banget ya mba? Tengkyu infonya mbak
BalasHapusIyaaa, sudah lama...
HapusBandung memang ya salah satu kota yang memiliki banyak wisata sejarah. Kaya pabrik kina ini semiga masyarakat juga berkesadaran untuk memeliharanya.
BalasHapusBetul, butuh kerjasama semua pihak untuk lestarikan tempat bersejarah.
HapusMbak ini hari biasa terima kunjungan wisatawan enggak ya...?
BalasHapusYa ampun kebayang waktu di lokasi, berasa kejayaan masa lalunya pasti.
Keren acara seperti ini jadi tambah wawasan budaya tentang sejarah di sekitar kita
Bisa, hanya harus konfirm dulu ke pihak sana beberapa hari sebelumnya, Mbak Dian...
HapusSaya ingat banget zaman dulu Pil Kina itu sangat berjaya. Sebelum ada obat-obat lainnya. Tapi kurang tahu juga kalau pil Kina itu produksi Pabrik Kina atau enggak. Seru juga ya kalau lokasi seperti ini dibuka untuk umum. Orang jadi lebih tahu jejak sejarah perusahaan-perusahaan masa kini.
BalasHapusPabrik Kina di Bandung memang yang terbesar dan obat hasil produksinya tersebar di daerah Indonesia dan manca negara. Tapi kalau enggak salah, ada beberapa pabrik kina juga di Indonesia.
HapusJalan-jalan seru dan sangat mengedukasi ini maah teeh
BalasHapusDulu sering lewat deket sini. Tapi belum pernah mampir hehe
BalasHapusUdah sering lewat Jl. Pajajaran dan Pabrik Kina, tapi saya baru tau, ternyata ada terowongan di bawah jalan Pajajaran. Awalnya dari Pabrik Kina lalu berakhirnya di mana, Teh?
BalasHapusSemoga tempat bersejarah ini tetap dipelihara dengan baik ya...sebagai saksi sejarah juga.
Kalu mau ke Bandung, jadi noleh kesini deh. Produk yang cukup membumi di Indonesia nih...
BalasHapusSeru sekali teteh, bisa berwisata ke tempat-tempat yang anti mainstream 😊
BalasHapusWahhh pabriknya mmg sdh tua yaa mknya masuk bangunan heritage...siip mb jd volunteer...
BalasHapusSi Heong, mirip peluit pabrik gula tempat kami tinggal dulu mbak.
BalasHapusPertanda karyawan waktunya masuk pabrik.