Foto: pixabay.com |
Semua sepakat bahwa hutan menjadi sumber kekayaan alam yang banyak. Tapi apakah semua sepakat mau melestarikannya?
Saat ini keberadaan hutan di Indonesia semakin memprihatinkan. Banyak sekali lahan yang akhirnya tergerus oleh pembangunan dengan berbagai kepentingan. Sebagai masyarakat biasa, tentunya hanya bisa menyayangkan tanpa bisa berbuat banyak. Namun semoga upaya sederhana yang dilakukan oleh banyak orang dapat memberi kontribusi dalam melestarikan hutan.
Seperti kita ketahui, bahwa hutan sumber pangan yang dapat diandalkan oleh masyarakat. Banyak sekali hasil hutan baik itu berupa tumbuhan atau hewan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia sebagai sumber makanan. Ini bukan hanya untuk masyarakat sekitar hutan atau pedesaan saja, masyarakat kota pun turut menikmati sumber pangan yang dihasilkan hutan melalui pengolahan yang beragam.
Foto: ilmubudidaya.com |
BUDIDAYA UBI JALAR
Salah satu sumber pangan yang dihasilkan oleh hutan Indonesia adalah ubi jalar. Tanaman yang masuk ke dalam jenis umbi-umbian ini tumbuh subur di daerah yang miliki iklim tropis. Banyak masyarakat yang memanfaatkannya sebagai pengganti karbohidrat.
Ubi jalar termasuk tumbuhan liar yang dapat tumbuh di mana saja. Selama memiliki karakter tanah yang kering, gembur dan miliki nutrisi mineral yang dibutuhkan, maka tanaman ini dapat tumbuh subur. Kondisi hutan Indonesia menjadi sumber lahan yang potensial untuk habitatnya.
Ketahanan ubi jalar terhadap kondisi tanah yang kering ini membuat para petani menjadi tertarik untuk membudidayakannya. Mereka menanam ubi jalar di area tegalan atau pematang sawah yang kering, sebagai tanaman selingan secara tumpangsari ataupun monokultur. Hal ini dilakukan saat musim kemarau, yaitu saat petani tidak memungkinkan untuk menanam padi ataupun palawija lainnya.
Masa panen ubi jalar yaitu sekitar tiga hingga lima bulan. Ubi ini akan tumbuh dengan baik tanpa perawatan yang khusus. Hanya butuh perawatan tanah dan daun yang rutin dilakukan, maka tumbuhan ini dapat tumbuh dengan subur dan menghasilkan umbi yang besar dan berkualitas.
Foto: pixabay.com |
KARAKTERISTIK UBI JALAR
Sesuai namanya, tanamanan ini memang tumbuh menjalar di tanah. Ubi jalar memiliki ciri sebagai berikut:
- Daun. Bentuknya ada yang lonjong, bulat dan runcing. Warna daunnya yaitu hijau tua dan muda, dengan tangkai dan tulang yang berwarna hijau ataupun ungu.
- Batang. Memiliki variasi warna hijau dan ungu. Batang dan daun ini saling berhubungan. Jika batangnya kecil, maka daunnya kecil dan jika batangnya besar maka daunnya juga besar.
- Bunga. Ubi jalar ini memiliki bunga yang berwarna ungu yang bentuknya seperti bunga terompet.
- Bentuk umbi. Ubi jalar secara umum dibagi menjadi dua jenis, yaitu bulat dan lonjong dengan permukaan yang tidak rata. Warna umbi juga ada beberapa macam, yaitu kuning, putih, ungu, ungu kemerahan. Kulitnya ada yang tebal dan tipis dengan kandungan getah yang banyak serta sedikit.
- Berkembang biak. Ubi jalar dapat dikembangkan melalui proses penyetekan batang atau umbi yang telah memiliki mata tunas, lalu ditanam langsung.
- Rasa. Ubi jalar memiliki tingkat manis yang berbeda. Ini juga memiliki korelasi dengan kandungan karboidratnya. Semakin manis ubi maka kandungan karbohidratnya juga tinggi, begitu juga sebaliknya.
Foto: goodsmind.id |
KOLAK UBI
Masyarakat Indonesia memiliki banyak jenis makanan olahan dari ubi jalar. Ada yang diolah menjadi bolu, keripik, roti, aneka kue, es krim, mie, dan masih banyak lagi. Bahkan ada beberapa tempat yang menjadikannya sebagai oleh-oleh khas dari daerahnya. Tapi ada satu jenis makanan yang hampir seragam dalam pengolahan dan penyajiannya. Kolak ubi.
Ya, makanan ini akan ditemui di berbagai wilayah Indonesia, dari desa hingga kota. Saat bulan Ramadhan tiba, menu kolak selalu hadir sebagai sajian berbuka puasa. Dipadupadankan dengan berbagai pangan dari hasil hutan lainnya seperti pisang, kolang kaling, dan labu.
Saya sendiri sering membuat kolak ubi untuk keluarga sebagai tajil saat berbuka puasa. Jika makanan ini tidak ada, seperti ada yang hilang. Mungkin karena sudah terbiasa dari sejak kecil, nenek buyut kami selalu menyediakannya.
Bahan ubinya tersedia di pasar bahkan warung, tidak membutuhkan biaya yang besar, serta pengolahannya cepat dan mudah. Ini adalah jawaban yang sering terpikir ketika ada yang bertanya, “Kenapa harus kolak ubi?”.
Selain itu, kolak ubi juga menyehatkan. Bayangkan saja, berapa kalori yang terkandung dalam setiap mangkuk kolak yang tersaji? Rasanya sudah cukup untuk menutupi kekurangan zat selama berpuasa di siang hari.
Satu lagi yang tak kalah penting, yaitu usaha melestarikan kuliner khas Indonesia dengan mengangkat bahan makanan dari hutan. Upaya melestarikan hutan pun akan timbul ketika kita menyadari pentingnya keberadaan bahan-bahan alam ini. Sederhananya, jika hutan tidak dijaga maka pasokan makanan manusia pun akan semakin terancam.
Urusan melindungi lingkungan memang sudah jadi tanggung jawab semua. Tapi beruntunglah saat ini sudah banyak komunitas dan lembaga yang sering melakukan gerakan mencintai lingkungan. Mereka menjadi triger untuk mengajak masyarakat peduli lingkungan. Salah satunya adalah Wahana Lingkungan Hidup (WALHI).
Semoga hutan Indonesia akan tetap terjaga dengan kerjasama semua pihak dalam upaya pelestariannya. Jika hutan terjaga, maka makanan dari hutan pun akan terus memberi manfaat bagi kehidupan manusia.
Salam Lestari.
Sumber referensi:
Dr. Ir. Nur Richana, M.S. 2009. Ubi Kayu dan Ubi Jalar. Nuansa Cendekia.
Wah bagus mbak ulasannya. semangat menulis ya mbak
BalasHapusSiap, inshaa Allah. Terima kasih kunjungan ya, Mbak🙏
HapusSaya setuju dengan pesan moralnya, melestarikan hutan diawali dengan menjaga kuliner khas Indonesia dengan bahan, bumbu, dan rempah dari hutan Indonesia. Akan ada kesadaran yang muncul disitu. Dan setau saya ubi jalar bagus juga untuk yang sedang diet dan mengurangi nasi putih
BalasHapusIya, betul, Bang. Saya juga sudah kurangi nasi dengan pangan lain sepeti umbi-umbian. Badan jadi terasa lebih ringan, hehe
HapusAku juga suka sama kolak ubi, mbak, ditambahi kacang ijo, disantap selagi hangat. Masya Allah langsung setrong kembali setelah seharian puasa. Jadi makin gak sabar nunggu Ramadan.
BalasHapusNah kan, saya baru tahu bisa dicampur kacang hijau. Hehe, siap eksekusi nanti kalau buat kolak lagi, aaahh
HapusKolak ubi kesukaan tuh, apalagi dibikin candil. Waah...besok melipir ah ke lapak penjual kolak. Haha...
BalasHapusBener banget, hasil olahan hutan ya bisa lestari kalau jenis makanannya masih digemari. Kalau pada gemar pizza, ya kelaut deh. Apalagi terigu, gandumnya engga tumbuh di Indonesia...
Iya Bunda. Makanya kita tuh harus rajin kenalkan kuliner khas Indonesia ya. Supaya enggak kalah saing dengan makanan impor. Dah mahal, belum tentu sehat dah gitu enggak cinta tanah air juga. Coba kalau kembangkan kuliner Indonesia, pasti tambah kerenlah.
HapusUbi jalar ini juga menjadi salah satu makanan pokok di Indonesia Timur bukan sih? Intinya dia bisa banget diolah dan dijadikan sumber pangan yang oke banget ya mba.. aku jg suka mengolahnya jd beberapa menu fav di rumah.
BalasHapusIya Mbak, banyak masyarakat Indonesia yang me jadikan ubi jalar sebagai makanan pokok pengganti karbohidrat.
HapusKolak ubi favorit keluarga saya juga Teh. Makanan yang mengenyangkan.
BalasHapusSelama hutan kita terjaga dengan baik, maka sumber makanan pun akan selalu tersedia
Betul banget Teh, kata kita lupa kalau hutan itu sumber hasil pangan yang harus dijaga.
HapusSaya juga suka banget kolak olahan ubi jalar ini. Manis, empuk dan enak. Selain kolak, direbus atau dikukus saja pun saya suka. Rasanya manis original bukan manis gula. Apalagi yg ubi ungu.
BalasHapusNaahh kan, pasti banyak yang suka dengan rasa manisnya. Yups, yang ungu itu selain warnanya yang unik, manis legit ya itu loooh, bikin ingat terus😁
HapusSebentar lagi puasa yaa. Hawa hawa kolak ubi merajalela kayanya akan tiba. Liat gambar kolaknya aja langsung terbayang momen buka puasa
BalasHapusbakal jadi makanan favorit buka puasa nanti nih! hehe
BalasHapus