Orang
dewasa saja sulit mengubah kebiasaan yang sudah buat nyaman, apalagi anak
kecil?
PR
besar buat saya adalah ketika melepas kebiasaan minum dot Nane. Banyak orang
bercerita masa ini merupakan hal sulit. Sama halnya dengan melepas ASI, butuh
usaha yang tepat dan hati-hati agar anak tidak merasa trauma.
Beberapa
kasus yang terjadi anak memang berhasil lepas dari ASI atau dot, tapi efeknya malah
tidak mau minum susu. Ini terjadi karena ada trauma saat melepas anak minum ASI
atau dot. Sehingga dalam benaknya susu adalah sesuatu yang tidak enak, dan
akhirnya mogok minum susu lagi.
Jelas
hal ini tidak mau terjadi pada Nane. Saya hanya inginkan mereka berhenti minum
susu menggunakan dot dan mulai minum menggunakan gelas. Saya mulai berpikir
bagaimana cara yang tepat.
Langkah
pertama adalah dengan menyediakan gelas minum khusus bayi dengan berbagai
bentuk dan gambar agar menarik. Lalu mulai membiasakan mereka untuk minum
dengan menggunakannya saat siang. Sementara malam hari, saya masih beri izin
mereka untuk menggunakan dot.
Saat
itu Nane sudah sering dibacakan cerita sebelum tidur. Saya sering selingi
dengan cerita cara yang baik untuk minum susu, mengajak mereka menggunakan
gelas, dan motivasi lainnya agar mereka sadar bahwa usianya sudah besar dan
tidak butuh dot lagi.
Masih
butuh usaha, nyatanya saat dot sudah berlubang besar bahkan nyaris putus,
mereka tetap saja menikmati dotnya. Saya pikir biarlah perlahan saja, karena
ingin Nane berhenti dengan sendiririnya. Mungkin butuh waktu sebentar lagi.
Ternyata
benar tak lama dot Ana putus. Saya tidak menggantinya dan biarkan dia minum
dengan dot yang bolong itu. Sudah pasti kesulitan. Sering tumpah dan dia pun
jadi tidak nyaman sendiri.
Kesempatan
ini saya gunakan untuk mulai membujuknya minum dengan menggunakan gelas atau
sedotan. Berhasil, Ana mau minum. Tapi yang jadi masalah adalah saat Ane menggantung
dot di mulutnya.
Dasar
bocah, rebutan pun terjadi. Mau tidak mau saya juga harus menemukan cara untuk melepaskan
dot Ane dalam waktu yang bersamaan. Diam-diam saya robek dot Ane hingga robek.
Baca juga: Semua Tak Pernah Sama
Saat mengetahui dotnya juga bolong, Ane menangis dengan hebat. Saya kewalahan untuk menghentikannya. Memang Ane ini kalau nangis lebih lama dari Ana. Akhirnya dia diam sendiri karena capek. Bujukan pun dilakukan agar Ane mau mengguankan gelas, dan berhasil.
Menjelang
malam hari, kami sedikit panik. Ini pasti akan menjadi malam yang panjang. Anak-anak
pasti akan sedikit gelisah karena terbiasa minta dot susu tengah malam.
Benar
saja, menjelang tengah malam salah satu terbangun dan menangis karena minta
susu. Mendengar tangisan, anak yang satu terbangun dan meminta hal yang sama.
Masing-masing menggendong satu bayi dan berusaha menenangkan mereka hingga
tertidur kembali.
Ini
terjadi hingga beberapa malam. Setiap hari selalu melakukan evaluasi dan mulai
mencari cara untuk mensiasati permasalahan yang terjadi jika malam tiba.
Nasihat dan motivasi terus diberikan pada Nane saat menjelang tidur.
Harapannya
adalah agar semua pikiran positif yang masuk saat kondisi yang tenang akan
terekam dalam alam bawah sadarnya. Selain itu membiasakan minum susu 30 menit
sebelum tidur pun mulai dibiasakan agar mereka tidak merasa haus saat tengah
malam.
Alhamdulillah,
dalam waktu lima hari, mereka berdua berhenti bergantung pada dot saat tidur
dan tetap mau minum susu menggunakan gelas.
Saat
itu Nane masuki usia 2,5 tahun. Setelah berhasil melepas dot, target saya
selanjutnya adalah mulai biasakan mereka untuk tidur di kamar terpisah. Melihat
perjuangan melepas dot yang luar biasa, kami pun membayangkan proses ini akan
berlangsung lebih lama dan menantang. Tapi itu tak menyurutkan niat, karena
saya yakin ini adalah yang terbaik untuk Nane.
Langkah
pertama yang dilakukan adalah semua pindah kamar. Kami tidur di ruang TV dengan
menggelar kasur pada malam hari. Suasana dibuat aman sehingga mereka tetap
nyaman tidur.
Mereka
tidak protes, malah seperti yang senang karena bisa tidur sambil nonton.
Sementara itu, kami sibuk menyiapkan peralatan di kamar Nane. Mulai dari tempat
tidur, kasur, selimut, sprei, lemari dan smeua pernik yang akan membuat mereka
merasa betah.
Anak-anak
pun mengetahui persiapan ini, dan sering dilibatkan untuk memilih warna atau
barang kesukaannya. Bahkan posisi tempat tidur pun kami beri pilihan pada
mereka. Siapa yang mau tidur di atas atau di bawah. Kebetulan saat itu kami
membeli tempat tidur susun yang tidak tinggi.
Hingga
semua persiapan selesai, kami pun mulai mengajak mereka tidur di kamar.
Sekarang, semua pindah tidur ke kamar Nane. Lagi-lagi tidak ada protes, mereka
merasa nyaman dan senang sekali dengan kamarnya. Selama beberapa hari keadaan
ini berlangsung, sambil terus diberi motivasi melalui cerita tentang berani
tidur berdua.
Langkah
selanjutnya adalah mulai membiasakan Nane tidur siang berdua di kamar. Setiap
mereka bangun, selalu diberi pujian dan diarahkan untuk mau tidur malam berdua
saja. Memberi kepercayaan bahwa abah dan ummi akan selalu menjaga mereka.
Malam
pertama pun mulai dicoba. Mereka semangat sekali untuk tidur berdua. Semua
persiapan dilakukan. Kami mengantar ke kamar, lalu berbagi cerita hingga mereka
tertidur.
Jelang
tengah malam, teriakan terdengar. Kami berlomba masuk kamar sebelah. Tenyata
kedua anak sudah duduk. Mereka terlihat menahan tangis karena takut. Saya jadi
tidak tega sendiri melihat mereka. Lalu menjadi ragu, apakah ini saat yang
tepat?
Keesokan
harinya kami berdiskusi. Saya bermaksud mengurungkan niat untuk mengajarkan
Nane tidur terpisah. Rasanya tidak tega harus melihat mereka tidur berdua saja.
Tapi abahnya Nane mengingatkan kalau ini adalah proses yang harus dilalui,
sehingga harus kuat dan beri dukungan pada Nane untuk bisa melewati masa ini.
Akhirnya
saya pun menguatkan diri lagi. Malam kedua kami mencoba kembali. Ritual yang
sama dilakukan. Mengantar mereka naik tempat tidur, membacakan cerita, berdoa,
lalu menunggu mereka hingga terlelap tidur. Sering kami sampaikan kalau kami
selalu ada dan Nane bisa panggil kapanpun jika membutuhkan.
Kali
ini tangisan yang terdengar menjelang dini hari. Saya kaget bukan main
menemukan Ane yang duduk sambil menangis. Rupanya Ane jatuh dari kasur. Ketika
diperiksa bagian mana yang sakit, alhamdulillah tidak ada yang terluka. Mungkin
hanya kaget saja. Akhirnya kembali habiskan sisa malam dengan menemani anak-anak
tidur.
Malam
ketiga, empat, lima hingga selama dua pekan kami terus mengulang kejadian
serupa. Tapi tidak mau menyerah. Apa yang sudah berjalan hanya butuh kesabaran
dan kesempatan agar Nane dapat terbiasa.
Hingga
akhirnya Nane dapat melewati malam dengan tenang. Mereka sudah tidak bangun dan
menangis saat tertidur. Bahkan saat pagi hari pun mereka terlihat ceria. Mungkin
mereka sudah merasa nyaman tidur berdua di kamar.
Apresiasi
berupa pujian diberikan sebagai motivasi agar mereka konsisten dengan
prestasinya ini. Nane pun diberi hadiah berupa boneka yang bisa dibawa tidur. Nane
sangat bahagia dan menjadi semangat untuk tidur di kamar sendiri.
Nane,
kecemasan Ummi akhirnya terbayar dengan banyaknya keberhasilan yang kalian
lakukan. Mulai dari melepas dot dan tidur sendiri, itu adalah sesuatu yang luar
biasa. Semangat dan kepatuhan kalian menjadi modal yang kuat untuk melewati
semua masa sulit.
Semoga
semakin banyak prestasi yang dapat diraih. Untuk Ummi, kemandirian dan
kematangan sikap perilaku merupakan nilai tertinggi dalam sebuah proses untuk
berubah menjadi lebih baik. Itu semua dapat dilakukan bertahap dan dengan penuh
kesabaran.
Jadi,
hingga kapanpun selalu semangat untuk mencoba dan taklukan tantangan ya, Nak.
Cerita yang seru mengingat perjalanan tumbuh kembang anak-anak ya teh
BalasHapusya Miss, jadi kangen mereka waktu kecil...
HapusAlhamdulillah satu proses terlampaui. Masih ada langkah² berikutnya. Semoga lancar dan tanpa drama....
BalasHapusIya Bun, kadang drama masih hadir nih sampai sekarang. Tapi beda episode aja, hehe
HapusSaya pun pernah merasakan berat hati saat harus melatih anak-anak untuk tidur sendiri terpisah dari orang tuanya, alhamdulillah meskipun agak lama akhirnya berhasil juga. Sekarang ketika semua sudah usia sekolah sudah bisa saya tinggal untuk tidur di kamar lain, seru sharingnya bun
BalasHapusIya Mbak, kalau sudah terasa hasilnya bahagia, ya...
HapusKalian emang keren. Termasuk Ummi nya. Saya lagi berjuang nih mbak ngajarin anak mau tidur sendiri, baru setengahnya karena kalau kebangun dini hari io masih menelusup masuk kamar dan nyempil bobo. Semanngat selalu ya untuk kita
BalasHapusXixi, iya ya, memang butuh perjuangan. Tapi semua akan ada masanya berhasil. Semangaaattt
HapusMengajari anak untuk tidur terpisah dengan orang tua memang butuh kesabaran ya, Teh. Kitanya juga belajar tega demi kemandirian anak-anak.
BalasHapusNah itu dia, kadang bukan anak yang enggak bisa diajarin, tapi memang ibunya yang belum tega. Jadi, kalau untuk kebaikan anak-anak mah harus jadi tega yaaa
HapusYap harus tetap terus semangat dong ya bun dalam menyelesaikan tantangan satu demi satu. pasti bisa sih. hihi. Bismillah semoga semua terealisasi seperti yang diinginkan.
BalasHapusAamiin, hanya semangat dan terus berdoa selagi beriktiar, Mbak...
HapusProud of you, twins.. Belajar menaklukkan tantangan bahkan sejak masih kecil. Kelak kalian akan terbiasa, twin...
BalasHapusTerima kasih Aunty Yuni...
HapusHarrah's Lake Tahoe Hotel & Casino - Dr. Maryland
BalasHapushotel and casino, 구미 출장샵 located on the second 속초 출장샵 floor 안산 출장샵 of Harrah's Hotel & 문경 출장안마 Casino and Lake 대구광역 출장샵 Tahoe, features a 24-hour casino with more slots than any other