Usia
satu hingga dua tahun merupakan masa keajaiban bayi yang dapat dilihat secara
nyata. Pertumbuhan mereka yang signifikan akan ditandai dengan berbagai
kepandaian yang dapat dilakukan oleh bayi secara bertahap sesuai dengan
perkembangan usianya. Bayi yang pada awalnya hanya bisa terbaring, maka seiring
waktu akan dapat bergerak hingga berpindah tempat.
Begitu
juga dengan Nane, mereka menunjukkan perubahan yang sesuai dengan tumbuh
kembangnya. Mulai dari duduk, merangkak, berdiri, merambat hingga berjalan.
Kami menikmati proses perubahan itu dan selalu merasa terkagum dengan keajaiban
semuanya.
Kembar
memang tak selalu sama, ini juga jelas terlihat dari setiap perkembangannya.
Antara Ana dan Ane selalu ada selisih waktu dalam pencapaian kegiatan yang
dilakukan. Padahal perlakuan yang diberikan pasti sama. Tapi inilah yang
kembali membuktikan bahwa tak ada yang sama di dunia ini, bahkan kembar
sekalipun.
Saat
itu Nane sedang tertidur pulas, saya menyempatkan diri untuk mencuci. Letak
kamar mandi yang tidak jauh dari kamar membuat saya masih bisa bolak balik
memantau keadaan mereka. Tiba-tiba terdengar suara.
Bergegas
saya menuju kamar, dan sungguh kaget luar biasa ketika melihat Ana yang sudah
duduk dengan posisi yang belum benar. Salah satu tangan menopang badannya di bantal,
dan badannya bersender di guling. Dia tersenyum lebar ketika melihat saya.
Sementara
Ane juga melihat Ana dengan senyum yang lebar juga dengan posisi tidur. Kepolosan
wajah mereka saat bangun tidur dengan ekpresi bergembira itu langsung membuat
saya ikut tersenyum dan memburu Ana. Saya khawatir dengan tubuhnya yang masih belum
kuat duduk sendiri.
Saat
itu usia mereka menginjak 5 bulan. Belum terlalu banyak pergerakan berarti
selain berguling di atas kasur atau karpet. Kejadian Ana duduk sendiri ini
tentu membuat kaget karena sebelumnya dia bisa duduk dengan bantuan, dan selalu
dijaga agar tidak jatuh.
Tapi
rupanya bayi punya insting untuk belajar mencoba sendiri. Sejak saat itu, Ana
semakin terampil duduk sendiri dan mulai dapat memposisikan dengan benar. Ana
yang duduk sering bermain dengan Ane yang
masih dalam posisi tertidur, telungkup atau duduk dalam pangkuan.
Tapi
ini tak berlangsung lama, karena dua pekan kemudian Ane juga sudah dapat duduk
sendiri. Sama, kejadian ini juga terjadi saat bangun tidur. Saya terbangun
karena mendengar suara mereka yang sedang bermain, dan kaget ketika melihat
posisi kedua anak itu sudah duduk saling berhadapan.
Bahagia
sekali melihat mereka bermain seperti itu. Pipi chubby mereka menjadi landasan cubitan dan ciuman gemas karena kelucuan
mereka yang sudah duduk dan ngobrol dengan bahasa bayi berdua. Sejak saat itu
semua menjadi lebih mudah. Mulai membiasakan mereka untuk makan dan minum
sendiri sambil duduk.
Sekitar
usia 7 bulan, lagi-lagi Ana menunjukan perkembangan lebih cepat. Kali ini dia
dapat merangkak untuk mengambil mainan. Saat itu saya melihat prosesnya yang
sedang mengangkat tubuh, lalu menggerakan tangan untuk maju perlahan.
Memang
butuh sedikit bantuan, tapi akhirnya dia berhasil mencapai mainan itu setelah
beberapa kali roboh. Mungkin karena otot tangan dan bahunya belum kuat. Tapi
semangat mencobanya terus muncul tiap kali melihat mainan boneka yang
disukainya.
Tak
butuh waktu terlalu lama untuk Ane menyusul keterampilan Ana merangkak.
Keesokan harinya, Ane juga mulai dapat mengangkat badannya. Perbedaannya adalah
saat itu Ane memang diajarkan.
Setelah
melihat Ana yang dapat merangkak perlahan membuat saya berniat untuk ajarkan
Ane juga. Dan berhasil, ternyata Ane juga dapat merangkak. Mereka berdua mulai
mengeksplorasi gerakannya di atas karpet secara bersamaan. Alhamdulillahh.
Yeeeeaaaaayy!
Asyiknya melihat dua bayi bergerak kesana kemari. Kegiatan bermain pun semakin
seru, karena mereka semakin lincah bergerak. Bahkan penjagaan pun harus
ditambah dua kali lipat, karena kali ini mereka sudah dapat berpindah posisi
dengan cepat.
Baca juga: Kalian Memang Keren
Baca juga: Kalian Memang Keren
Ruangan
dirapikan, tidak ada banyak barang yang dapat mengganggu ruang gerak mereka.
Lantai selalu dibersihkan agar mereka nyaman untuk merangkak. Satu hal yang
paling penting adalah memberi penghalang sebagai batas teritori ruang gerak
mereka.
Jika
tidak seperti itu, Ana pernah merangkak hingga mau masuk kamar mandi dan Ane
menuju dapur!
Bulan
berikutnya kepandaian bertambah. Kali ini Ane yang memulai. Dia berhasil
berdiri dengan menjadikan kursi sebagai pegangan. Saya membantunya untuk kembali
berdiri dan sedikit demi sedikit melepasnya beberapa saat.
Badannya
sedikit goyang, bahkan terjatuh beberapa kali. Tapi keinginannya sangat kuat.
Ane terus mencoba beberapa kali. Bahkan dia terus mencoba hingga akhirnya
merasa lelah dan menyandarkan badannya dan kepalanya dengan posisi memeluk
kursi. Lucu!
Ternyata
sedikit berbeda dengan Ana. Saya baru menyadari kalau Ana sedikit ragu ketika
diajarkan untuk berdiri. Walau dipegang, Ana tetap tidak mau melepaskan tangan,
meminta untuk terus dipegang.
Bahkan
dia tidak tertarik dengan mainan kesayangannya yang saya simpan di atas kursi.
Maksudnya sebagai alat pancing, tapi ternyata diabaikan. Sempat heran dan
memutar otak bagaimana caranya supaya Ana termotivasi untuk belajar berdiri.
Akhirnya
saya berdiri lalu mengangkat Ana dan menyimpan tangannya di betis. Ternyata ini
cukup berhasil. Ana mau berdiri tanpa saya pegang lama. Lalu saat dia terjatuh,
mau berdiri sendiri.
Akhirnya
kedua bayi ini dapat merangkak dan berdiri. Tentu harus lebih siaga lagi
memberi pengasuhan. Lagi-lagi barang yang berpotensi bahaya segera diamankan ke
tempat yang lebih tinggi dan jauh dari area mereka bermain. Sejak mereka bisa
berdiri sendiri, mereka juga secara langsung belajar untuk melangkahkan kaki
dengan cara merambat, yaitu menggunakan dinding atau benda lain sebagai
penopang.
Ketika
anak mulai kuat berdiri dan semakin lincah merambat, saya mulai mengenalkan
cara berjalan dengan memegang kedua tangnnya. Mereka sangat semangat. Tak sabar
mereka menunggu giliran belajar berjalan ini. Mungkin karena merasa seru dapat
mengelilingi ruangan dengan kegiatan yang baru.
Aaaah,
jangan tanya bagian punggung yang ngilu atau sakit saat kembali menegakkan
badan. Mengajarkan dua balita berjalan dalam waktu bersamaan itu memang sebabkan
penyakit encok singgah. Tapi melihat semangat mereka yang meminta jalan membuat
saya pun kembali kuatkan hati untuk mengajarkan mereka.
Benar
saja, tepat usia sepuluh bulan Ana sudah dapat melangkahkan kakinya untuk
pertama kali. Ketika sedang duduk, dia mulai berdiri sendiri. Walau belum bisa
ajeg tapi dia lalu melangkahkan kakinya perlahan.
Jatuh,
kemudian berdiri dan mencoba lagi, terus
dia lakukan itu. Saya membantu menjaga di dekatnya agar tidak terluka. Hingga
pada hari yang sama, dia bisa lakukan beberapa langkah maju. Akhirnya Ana dapat
berjalan lancar, sehingga dia lebih mudah bergerak untuk mendapatkan apa yang
diinginkan.
Ternyata
kemampuan berjalan Ana dan Ane kali ini membutuhkan waktu yang cukup lama.
Selama dua bulan, Ane masih belum tertarik untuk belajar berjalan. Dia masih
saja asyik dengan rangkakan dan jalan merambatnya. Motivasi dan rangsangan selalu
dilakukan, tapi Ane belum mau berusaha dengan kuat.
Suatu
saat abahnya Nane sedang menyuapi anak-anak makan dengan nasi tim dan sayur
sop. Mungkin karena lama dan Ane sudah tidak sabar, akhirnya dia berdiri dan
memulai langkah pertamanya sendiri. Ane berusaha menuju mangkuk yang ada di
atas meja.
Melihat
kejadian ini spontan kami bersorak, dan ternyata kegembiraan kami ini menjadi
semangat Ane untuk mencoba kembali. Sayur sop menjadi alat pancing untuk Ane
mau belajar melangkah. Setiap sendok yang diberikan menjadi hadiah dia bisa
berhasil berdiri dan berjalan.
Mashaa
Allah, sungguh bahagia tak terkira akhirnya melihat mereka bisa berjalan
sendiri. Seiring waktu, langkahnya pasti akan semakin kuat. Sudah pasti PR
semakin bertambah. Tak boleh lengah dan harus selalu siap dengan setiap
kondisi.
Anak
yang masih belum stabil gerak dan kekuatannya masih membutuhkan penjagaan yang
ekstra. Mereka harus diajarkan melalui pembiasaan-pembiasaan baik yang
diterapkan secara kontinue. Orang dewasa harus memberikan pendampingan dengan
penuh kasih sayang, agar percaya diri, semangat dan kebahagiaan mereka dapat
terjaga.
Setiap
bulan selalu menemukan hal baru dalam diri Nane. Baik secara fisik,
keterampilan bahkan emosinya. Mereka memperoleh keterampilan gerak dalam waktu
yang berbeda, dan ini membuat saya semakin sadar dan yakin bahwa tak ada yang
sama di dunia ini.
Pasangan
kembar yang selama 32 minggu berada dalam tempat yang sama pun, nyatanya miliki
masa yang berbeda untuk memperoleh keterampilan dalam hidupnya. Allah
benar-benar telah mengatur setiap kebutuhan manusia dengan sempurna. Tak boleh
ada iri, karena semua yang ditakdirkan adalah yang terbaik.
Nane,
perbedaan itu akan selalu ada. Bahkan sejak kecil pun kalian adalah berbeda.
Tetap menjadi diri sendiri dan saling mendukung satu dengan yang lain. Itu yang
akan menjadi bekal agar hubungan persaudaraan kalian semakin erat.
Ummi
yakin, kelak jika kalian semakin dewasa akan semakin menemukan banyak perbedaan.
Nikmati itu semua dan selalu belajar untuk saling menerima. Yakini kalau Allah
sudah berikan garis takdir terbaik untuk kalian berdua.
Bahagia ya menemukan sesuatu dalam tumbuh kembangnya itu membahagiakan sekali seperti aku yang melihat sendiri tumbuh kembang 3 jagoan yang lahir dalam kurun waktu 4 tahun dan berdekatan
BalasHapusIya, Miss...Aih, semuanya laki-laki ya? Pasti seru banget waktu mereka masih kecil yaaaa
HapusNgebayangin muka Ana waktu duduk kok rasanya ada bulir bahagia merambat di hati aunty, nih ... Aaaah pasti lucu sekali mengikuti tumbuh kembang si kembar ya, mbak.
BalasHapusIya, Aunty...terima kasih. Memang mengasyikan Mbak, lihat pertumbuhan mereka yang cepat, sekarang malah jadi rindu...
HapusSemoga selalu akur ya Nane. Meski ada kompetisi di antara kalian kelak, semoga nggak bikin kalian abai dengan rasa kasih sayang antara kalian berdua.
BalasHapusAamiin, makasih Aunty Yuni...
HapusMemang benar kembar itu tak selalu sama, namanya DNA pasti memiliki perbedaan. Tapi seru yaa si kembar jadi tau kelebihan dan kekurangan masing-masing. Serta saling menghargai satu sama lainnya.
BalasHapusIya Mbak Steffi, betul banget. Mereka jadi harus bisa saling mengisi dan menlengkapi dengan perbedaannya itu.
HapusWah senengnya punya si kembar. Pasti bahaia saat melihat tumbuh kembang keduanya. Semoga selalu sehat dan sama-sama pintar. Jd gemes membayangkan dua wajah imut kalian, Ana dan Ane...
BalasHapusIya Mbak, Aamiin, terima kasih banyak...
HapusKebayang lucunya punya anak kembar, apalagi perempuan. Aaah, rasanya pengen diuwel-uwel hihihi
BalasHapusTernyata meski kembar, tumbuh kembang Nane gak sama ya, Teh.
Sekarang mereka sudah jadi abege aja :))
Iya teh, enggak sama... Xixi, beneran Teh, aku aja Emaknya sering banget uwel-uwel mereka kebablasan.
HapusMasyaAllah, membaca ini rasanya seperti memperhatikan langsung Ana dan Ane. Alhamdulillah senangnya punya anak kembar, tumbuh kembangnya juga berbeda ya mbak. Semoga semuanya selalu sehat:)
BalasHapusAamiin, makasih banyak Mbak Dewi buat doanya.
Hapus