Sumber: inews.id |
Beberapa
waktu lalu dunia Youtube dihebohkan oleh video nyinyir seorang sosiolog, dr. Ade
Armando M.sc. Berawal dari sindirannya terhadap pernikahan Atta Halilintar dan
Aurel Hermansyah yang dinilai mewah hingga acara bulan madu dianggap berlebihan
bahkan terkesan “menggelikan” bagi dirinya.
Tak
hanya Atta dan Aurel, sederet artis Youtube ternama pun turut menjadi korban
nyinyiran Ade Armando terkait konten yang tidak mendidik. Pasalnya, para artis
ini kerap memamerkan kekayaan dan gaya hidup mewah. Alasan yang diberikan oleh Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia (UI) ini adalah
bahwa gaya hidup yang glamor itu akan menimbulkan kecemburuan sosial dan
berdampak pada potensi perilaku kejahatan. Bibit radikalisme berpotensi terjadi
sebagai akibat dari kesenjangan sosial yang bisa muncul dari penonton akun
Youtube para artis idola.
Cuitan Ade Armando ini memancing respon banyak orang. Netizen
mulai memberi komentar beragam, bahkan beberapa artis yang disebut dalam video
tersebut memberi “pembelaan diri” dengan membuat konten “sindiran balik”.
Sumber: Instagram @mastercorbuzier |
Sementara Youtuber ternama, Deddy Corbuzier, melayangkan sebuah
Surat Terbuka untuk Atta dan Aurel. Dalam videonya yang berdurasi 16.55 menit
itu Deddy memberikan opininya yang cukup pedas juga. Satu sisi dia setuju
dengan pendapat Ade Armando, tetapi di sisi lainnya dia pun tidak menyalahkan
artis-artis yang sering memamerkan kekayaan dalam konten Youtube-nya.
Dia menyatakan jika kekhawatiran Ade Armando adalah benar. Sepak
terjang beliau sebagai pakar sosiolog tentu dapat melihat gejala yang bisa hadir
karena konten-konten yang isinya hanya menampilkan barang mewah, kehidupan yang
gemerlap, dan kesenangan yang tiada habisnya akan menimbulkan kesenjangan
sosial anatara miskin dan kaya semakin besar. Namun di sisi lain, dia juga
berpendapat jika para artis tersebut hanya membuat konten sesuai dengan
keinginan dari para netizen.
Faktanya, konten-konten Youtube yang berisi acara “pamer” dan
“kesenangan” lebih disukai oleh masyarakat. Berbeda halnya dengan konten yang
berisi edukasi, bisa dipastikan jika penontonnya tidak akan seramai konten yang
sifatnya “senang-senang”. Para artis ini mendapat inspirasi dari fenomena ini,
kemudian menjadikan kehidupan pribadinya sebagai bahan untuk dipertontonkan.
Di ujung video, Deddy Corbuzier menyatakan jika mindset netizen
dan pola pendidikan di Indonesia yang harus disalahkan. Dia berpendapat jika
pola pikir masyarakat yang hanya menonton konten kemewahan berasal dari
pendidikan yang salah. Jika saja para netizen ini memiliki pendidikan yang
baik, maka mereka akan memilih konten-konten positif sehingga dapat menambah
ilmu dan pengetahuannya.
Sumber: Pexel |
Kedua opini ini tentu harus menjadi perhatian kita sebagai orang
tua. Apakah benar mindset anak-anak kita sebagai pecinta Youtube telah memilih
konten yang positif? Apakah benar pendidikan yang diberikan pada anak-anak kita
sudah menjadi pondasi untuk cermat memilih tontonan yang baik dan benar?
Nyatanya masih banyak orang tua yang kurang peka terhadap
aktivitas gadget anak-anak. Pembelajaran daring seakan menjadi alasan bagi
orang tua untuk melonggarkan kontrol anak-anak bermain dengan HP. Pada
akhirnya, mereka dengan mudah mengakses berbagai media yang sebagian besar
memang menyuguhkan konten tidak sehat.
Anak tetaplah anak yang membutuhkan bimbingan dan teladan dari
orang tua. Langkah bijak harus segera diambil agar generasi penerus bangsa ini
tidak terjerumus dalam sikap hedonisme. Memberi batasan durasi dan media sosial
yang bisa diakses, mengadakan sharing bersama untuk membahas konten yang sehat,
serta memberi kesibukan di luar gadget bisa menjadi alternatif solusi untuk
mengajarkan anak bijak memanfaatkan media sosial.
Perkembangan dunia pendidikan bukan hanya menjadi PR pemerintah.
Orang tua juga memiliki peran yang besar terhadap perubahan sikap dan perilaku
anak di rumah. Semoga saja dengan wacana kegiatan belajar mengajar tatap muka
langsung pada bulan Juli nanti bisa membangkitkan kembali semangat belajar
anak-anak. Dengan demikian, terjadi sinergi yang baik untuk menciptakan
generasi bangsa yang memiliki karakter positif.
Be First to Post Comment !
Posting Komentar